"SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI KUA KECAMATAN SUKAKARYA KABUPATEN BEKASI * SELAMAT HARI AMAL BAKTI KEMENTERIAN AGAMA KE-66. * MENIKAH DAN TERCATAT RESMI DI KUA LEBIH MENENTERAMKAN"

WARTAWAN: ANTARA DAS SOLLEN DENGAN DAS SEIN

(Bekasi, 21/11/2011) Pada dasarnya profesi wartawan adalah profesi yang mulia. Bahkan anak-anak muda yang baru lulus sarjana berebut untuk menjadi kuli tinta di berbagai media massa yang bersifat lokal ataupun nasional. Harapannya jelas yaitu profesi wartawan adalah profesi yang idealis, masih bisa menampung dealisme kaum intelektual muda.
Tetapi, ketika diamati didaerah-daerah ternyata ironis. Profesi wartawan digunakan oleh oknum wartawan hanya sebagai kedok untuk mendapatkan uang secara instan. Bahkan kalau dilihat, latar belakang pendidikannya pun tidak memenuhi syarat. Kemampuan menggoreskan pena pun masih dipertanyakan. Yang penting berani berbicara. Sungguh ironis dan menyedihkan.
Muhaimin Lutfie pernah berpesan sewaktu beliau masih sebagai kakanwil kanmenag jabar bahwa para pejabat kemenag jangan alergi terhadap wartawan. Hal itu ditujukan agar para pejabat tidak menghindari wartawan, seolah-olah wartawan adalah musuh yang harus dihindari. Padahal wartawan yang "sejati" adalah mitra kerja sebagai pengontrol kebijakan.
Harapannya wartawan kembali kepada profesionalisme yang menjunjung tinggi idealisme agar fungsi contolling bisa berjalan dengan baik. Semoga...

SOSIALISASI PENGGUNAAN FINGER PRINT

Bekasi, 14/11/2011. Pada hari Senin, 14 November 2011 bertempat di Aula Kanmenag Kantor Kabupaten Bekasi berlangsung sosialisasi penggunaan finger print. Peserta yang hadir terdiri dari 23 staf KUA di wilayah kabupaten Bekasi.
Semoga dengan adanya finger print ini walaupun belum terintegrasi atau on line tapi harapannya akan membawa  ke kondisi yang lebih baik. Staf KUA yang selama ini sudah dikenal kurang disiplin diharapkan menjadi lebih disiplin. amin....

PANCASILA DAN ISLAM



Oleh: Agus Taufik, S.I.P.

“Pancasila adalah hadiah terbesar umat Islam kepada Republik ini.” Ada tiga hadiah umat Islam(1) piagam Jakarta, (2) perubahan Piagam Jakarta tanggal 18 Agustus 1945; dan (3) umat Islam tidak pernah menampilkan konsepsi negara Islam secara kongkret.(Alamsyah Ratuperwiranegara;1982)
Islam dan Pancasila pada Masa Perjuangan
Sikap moderatnya umat Islam Indonesia untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara adalah suatu hal yang luar biasa dalam rangka menunjukkan jiwa besar umat ini. Betapa tidak, umat Islam yang mayoritas di negeri ini tetapi bisa manafikkan keinginan untuk mendirikan negara Islam yang tentunya berlandaskan syariat Islam.
Sejak awal pergerakan nasional, umat Islam sudah menunjukkan loyalitasnya bagi negara. Pesantren dijadikan basis untuk mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Dari pesantrenlah muncul pemimpin-pemimpin nasional yang kelak dikemudian hari ikut menentukan nasib negeri ini. Sebut saja; K.H. Agus Salim, HOS Cokroaminnoto, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Ahmad Sanusi dan Kahar Muzzakir. Keempat orang terakhir adalah juru bicara golongan Islam di BPUPKI dalam merumuskan dasar negara Republik Indonesia yang akhirnya menghasilkan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 dengan menambahkan tujuh kata dalam sila pertama menjadi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Selanjutnya dalam sidang PPKI, golongan Islam dengan jiwa yang besar demi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara rela menghapus tujuh kata dalam piagam Jakarta serta mengganti Allah dengan Tuhan, dan kata mukaddimah diubah menjadi pembukaan.
Walaupun banyak kalangan mengatakan bahwa hal itu adalah wujud daya tawar yang rendah golongan Islam, namun disitu pulalah letak kebesaran jiwa umat ini.
“…Indonesia yang baru lahir, bukan suatu negara Islam seperti yang dimaksud dalam konsepsi Islam ortodoks, dan juga bukan sebagai suatu negara sekuler yang memandang agama hanya sebagai masalah pribadi. Pembahasan mengenai masalah ini telah berakhir dengan suatu jalan tengah, yaitu dalam adanya gagasan mengenai suatu negara yang ingin mengakui suatu asas keagamaan, dan ingin bersikap positif terhadap agama pada umumnya serta dalam berbagai bentuk perwujudannya, atau menurut suatu slogan yang timbul belakangan, suatu negara yang ingin memandang agama sebagai suatu sumbangan yang mutlak terhadap nation building dan character building, “pembentukan bangsa serta pembinaan watak”. Jadi, penyelesaian secara Indonesia dari masalah ini bukanlah suatu undang-undang dasar yang mempergunakan peristiwa Islam tanpa sungguh-sungguh menerima makna Islamnya, tetapi penerimaan nilai-nilai kerohanian milik bersama seperti tercantum dalam Pancasila dengan sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa.” (B.J. Boland, 1985)
Boland berpendapat bahwa Indonesia bukanlah negara theokrasi ataupun negara sekuler, jadi Indonesia adalah negara yang unik. Islam menjadi ruh negara namun tidak mewujud secara nyata.

Bulan Haji Penuh Barokah

sebuah fenomena yang cukup menarik untuk diperhatikan, setiap bulan haji dapat dipastikan KUA akan kerepotan dalam melayani masyarakat terutama pernikahan.
peristiwa pernikahan di kecamatan sukakarya yang biasanya sepi, pada bulan ini mengalami lonjakan yang cukup signifikan. hal ini tidak mengherankan karena rata-rata peristiwa pernikahan perbulannya hanya 25 peristiwa. pada bulan ini diprediksi bisa mencapai 90 atau bahkan 100 peristiwa pernikahan, apalagi di kua-kua yang termasuk ring pertama atau kelas 1 tentunya semakin banyak.
banyak hikmah yang bisa kita petik diantaranya bahwa kesadaran masyarakat untuk nikah "resmi" di kua semakin bagus ditambah lagi pendapatan masyarakat tentunya semakin meningkat.