"SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI KUA KECAMATAN SUKAKARYA KABUPATEN BEKASI * SELAMAT HARI AMAL BAKTI KEMENTERIAN AGAMA KE-66. * MENIKAH DAN TERCATAT RESMI DI KUA LEBIH MENENTERAMKAN"

PANDUAN PELAKSANAAN HAB KEMENAG KE-66

Dalam rangka pelaksanaan HAB Kemenag ke-66, Kemenag RI memberikan panduan antara lain:
  1. Surat Edaran Tentang HAB Kemenag
  2. Panduan Peringatan HAB
  3. Amanat Menteri Agama
  4. Do'a HAB Kemenag ke-66

Kakanwil : Pejabat harus "Melek" Teknologi Informasi Komunikasi


JL. PELAJAR PEJUANG - BANDUNG
Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji, menghimbau kepada para pejabat yang berada di lingkungan Kementerian Agama untuk "melek" dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Menurutnya, sudah bukan jamannya lagi seorang pejabat tidak mengetahui perkembangan informasi kebijakan Kementerian Agama, karena tidak dapat menggunakan teknologi. Himbauan tersebut disampaikan dalam acara pembukaan Evaluasi Pengelola Teknologi Informasi Komunikasi dan Media Informasi Elektronik Kementerian Agama Pusat dan Daerah 2011 yang diselenggarakan oleh Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama RI di Hotel Horison, Jl. Pelajar Pejuang, Bandung, Senin (05/12).

PEMASANGAN FINGER PRINT TELAH SELESAI

Bekasi, 13/12/2011. Kemarin, Senin, 12-12-2011 pemasangan ke-23 finger print di kantor-kantor KUA se-kabupaten Bekasi sudah selesai. Diharapkan mulai Januari tahun depan, finger print bisa dipergunakan untuk mengganti absen manual. Tentu saja harapan yang paling besar adalah disiplin PNS khususnya di kemenag kabupaten Bekasi bisa ditingkatkan.

MARI SHALAT KHUSUF

Insya-Allah akan terjadi gerhana bulan total (GBT) pada hari Sabtu malam Ahad, tanggal 15 Muharram 1433 / 10 Desember 2011. Dimana peristiwanya diprediksi mulai bisa dilihat jelas sekitar pukul 19.46 WIB. Namun totalitasnya terjadi pukul 21.07 hingga 21.57 WIB, selama 50 menit, dengan puncak gerhana pukul 21.32.
Sebagai salah satu ayat kekuasaan Allah, yang pasti membawa pesan ibrah bagi manusia, tak sepatutnya kita lewatkan peristiwa kauni rabbani ini tanpa tafakkur dan muhasabah.
Secara lebih spesifik, pada saat gerhana seperti ini, disunnahkan agar kita memperbanyak dzikir, takbir, doa, istighfar, sedekah, dan melakukan shalat khusus gerhana, yang dikenal dengan nama shalat al-kusuf atau al-khusuf.
Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Oleh karenanya, bila kalian melihatnya (gerhana), maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Tata Cara Shalat
Adapun tentang shalat gerhana, maka hukumnya adalah sunnah muakkadah. Diutamakan agar ditunaikan secara berjamaah, namun boleh juga secara sendiri-sendiri.
Shalat kusuf/khusuf dilakukan dengan tanpa adzan dan iqamah. Melainkan diganti dengan ucapan: “Ash-shalatu jami’ah” (tentu ini saat berjamaah). Jumlah rakaatnya 2 rakaat, namun dengan 2 kali berdiri untuk membaca dan 2 kali ruku’ pada setiap rakaatnya. Bacaan dilakukan dengan suara keras (jahri) baik pada shalat gerhana bulan maupun matahari. Dan sesudahnya  dilanjutkan dengan penyampaian khutbah yang mengingatkan akan ibrah dan pelajaran yang harus diambil dari peristiwa penting tersebut.

Dalam hadits Ummul Mukminin ‘Aisyah ra, beliau menuturkan bahwa, telah terjadi gerhana matahari pada masa hidup Rasululullah SAW. Maka beliaupun keluar ke masjid untuk menunaikan shalat. Lalu beliau bertakbir, sedangkan para sahabat berbaris di belakang beliau. Selanjutnya beliau membaca dengan bacaan yang panjang (Al-Fatihah dan surah lain yang panjang), lalu bertakbir dan ruku’ dengan ruku’ yang panjang. Sesudahnya beliau mengangkat kepala beliau (beri’tidal) seraya berucap: “Sami’allahu liman hamidah. Rabbana wa lakal hamdu”. Lalu beliau berdiri kembali dan membaca lagi dengan bacaan yang panjang (Al-Fatihah dan surah lain yang panjang), namun tidak sepanjang bacaan yang pertama. Berikutnya beliau bertakbir dan ruku’ lagi dengan ruku’ yang panjang, namun tidak sepanjang ruku’ yang pertama. Setelahnya beliau mengangkat kepala beliau (beri’tidal) seraya membaca: “Sami’allahu liman hamidah. Rabbana wa lakal hamdu”. Seterusnya beliau bersujud (sepeti biasa). Dan pada rakaat kedua beliau juga melakukan seperti yang beliau lakukan pada rakaat pertama. Sehingga (dalam 2 rakaat itu) beliau melakukan secara sempurna 4 kali ruku’ dan 4 kali sujud. Dan mataharipun kembali bersinar (gerhana berakhir) sebelum beliau usai. Kemudian beliau berdiri untuk berkhutbah kepada para sahabat, memuji Allah Ta’ala dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya, seraya bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari ayat-ayat kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang atau kelahirannya. Dan jika kalian melihatnya (gerhana), maka bersegeralah untuk menunaikan shalat” (HR. Muttafaq ‘alaih). Wallahu a’lam.