(Bekasi, 21/11/2011) Pada dasarnya profesi wartawan adalah profesi yang mulia. Bahkan anak-anak muda yang baru lulus sarjana berebut untuk menjadi kuli tinta di berbagai media massa yang bersifat lokal ataupun nasional. Harapannya jelas yaitu profesi wartawan adalah profesi yang idealis, masih bisa menampung dealisme kaum intelektual muda.
Tetapi, ketika diamati didaerah-daerah ternyata ironis. Profesi wartawan digunakan oleh oknum wartawan hanya sebagai kedok untuk mendapatkan uang secara instan. Bahkan kalau dilihat, latar belakang pendidikannya pun tidak memenuhi syarat. Kemampuan menggoreskan pena pun masih dipertanyakan. Yang penting berani berbicara. Sungguh ironis dan menyedihkan.
Muhaimin Lutfie pernah berpesan sewaktu beliau masih sebagai kakanwil kanmenag jabar bahwa para pejabat kemenag jangan alergi terhadap wartawan. Hal itu ditujukan agar para pejabat tidak menghindari wartawan, seolah-olah wartawan adalah musuh yang harus dihindari. Padahal wartawan yang "sejati" adalah mitra kerja sebagai pengontrol kebijakan.
Harapannya wartawan kembali kepada profesionalisme yang menjunjung tinggi idealisme agar fungsi contolling bisa berjalan dengan baik. Semoga...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar